Maret 21, 2011

Khadafi "SiRaja Minyak" Yang Menjadi Sasaran

"Amerika Serikat sudah siap untuk invasi Libya. Dan sebagian besar negara Eropa telah mengutuk Libya. Apa yang mereka inginkan? Minyak Libya?" (Hugo Chavez, Selasa 1/2/2011). Itulah komentar yang terucap dari Presiden Venezuela.
AkhirnyaLibya menghadapi kekacauan politik dalam negeri, Dimana pada 14 february 2011 sebagian rakyat Libya meminta Presiden Khadafi mengundurkan diri dari kursi kepresidenan karena dinilai Diktator dan sudah tidak lagi mewakili aspirasi rakyatnya. Setelah 41 tahun memimpin Libya akhirnya Moamar Khadafi menghadapi persoalan yang juga menimpa Pemimpin-pemimpin negara lainnya, sebelum Libya bergejolak sebelumnya beberapa negara di Timur tengah menghadapi persoalan yang sama bahkan sampai berhasil melengserkan Presiden berkuasa. Diantara negara yang terjadi gelombang unjuk rasa yaitu Yaman, Bahrain, Iran, Tunisia dan Mesir.
Mengapa Gelombang unjuk rasa dengan latar belakang yang hampir sama kerap terjadi..? masih lengkap dalam ingatan kita pada tahun 1998 Presiden Indonesia juga "dilengserkan" dengan cara yang hampir sama, juga terjadi pada pemimpin Philippine dan Kamboja. Mengapa terjadi dengan skenario yang hampir sama, siapa dalang dibalik semua ini..? Pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang harus kita jawab.
Apabila kita melihat Libya, Khadafi adalah satu-satunya pemimpin negara di Afrika Utara yang 82% Penduduknya dapat membaca dan menulis, 1.7 juta diantaranya adalah pelajar, lebih dari 270.000 di antaranya telah mencapai pendidikan tinggi. Pendidikan di Libya gratis untuk semua warga negara, dan wajib sampai tingkat menengah, tetapi mengapa rakyat masih tidak puas? apakah benar ketidak puasaan ini murni dari rakyat atau ada pesan sponsor dari negara-negara konsumen minyak? seperti yang disebutkan oleh Hugo Chavez diatas.
Apabila dilihat dari masa jabatannya memang kepemimpinan Khadafi sudah berlangsung terlalu lama, sehingga rentan timbul sikap kesewenang-wenangan, otoriter, apalagi background sejarah menunjukan kepada kita bagaimana proses Khadafi mencapai puncak kekuasaan dan juga beliau adalah seorang militer aktif.
Krisis Libya memang harus dibantu diselesaikan oleh suatu badan yang Netral yang hanya berkepentingan untuk kemanusiaan qc PBB, tetapi PBB nyatanya kembali untuk kesekian kali nya tidak dapat menyelesaikan permasalahan yang timbul di negara yang ber konflik, sehingga akhirnya kekuatan Militer NATO yang di sponsori Amerika menggunakan kekuatan Militer untuk menghantam tebalnya tembok kekuasaan Khadafi.
Apakah cara ini efektif? tentu ada dua untung dan ruginya, salah satu kerugiannya rakyat Libya lah yang menjadi sengsara akibat perang, negara-negara konsumen minyak menjadi was-was akibat pasokan minyak mentah Libya turun drastis dari kapasitas normal 1.5juta barel perhari, menjadi hanya 400ribu barel perhari, yang otomatis harga minyak mentah pun turut naik.
Oleh karena itu kiranya para Aggressor harus mempertimbangkan langkah yang diambil, sebaiknya menggunakan pendekatan Politik persuasif, tidak dengan kekuatan Militer yang hanya menyengsarakan rakyat... (Cahaya Dunia)

Plaza Indonesia Ext

Plaza Indonesia Ext
Proyek pembangunan central jakarta